Siapakah Generasi Z?
Di banyak analisis, para ahli menyatakan bahwa Gen Z
memiliki sifat dan karakteristik yang sangat
berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini dilabeli sebagai generasi yang
minim batasan (boundary-less generation). Ryan Jenkins (2017) dalam artikelnya berjudul “Four Reasons Generation Z will be the Most
Different Generation” misalnya menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang
berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi.
Karakter Gen Z lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat
kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi
kehidupan mereka. Teknologi mereka gunakan sama alaminya layaknya mereka bernafas.
Gen Z dan Digitalisasi
Tidak selamanya kedekatan Gen Z dengan teknologi memberikan
keuntungan. Dalam dunia kerja misalnya, O’Connor, Becker, dan
Fewste (2018) dalam penelitiannya berjudul Tolerance of Ambiguity at Work
Predicts Leadership, Job Performace, and Creativity, menemukan bahwa pekerja yang lebih muda menunjukkan
kapasitas yang lebih rendah untuk mengatasi ambiguitas lingkungan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Generasi lebih muda terbiasa
mengekspresikan keinginan untuk hal-hal yang bersifat kebaruan
termasuk pada bidang pekerjaan
yang sifatnya lebih menantang. Namun, mereka belum memiliki keterampilan dan kepercayaan diri yang mumpuni untuk
mengelola ketidakpastian lingkungan yang seringkali terjadi sehingga cenderung menjadi lebih
cemas. Ini semacam mematahkan asumsi yang selama ini terbangun bahwa menjadi penduduk
asli digital (digital
native), artinya melengkapi kekurangan dari karakteristik generasi sebelumnya melalui
keterampilan yang lebih adaptif dan inovatif
dalam mengatasi situasi ketidakpastian. Dasar yang dikemukakan dalam penelitian
ini cukup beralasan. Gen Z dilahirkan
dan dibesarkan dalam pengasuhan yang terlalu protektif di tengah kondisi dunia yang serba tidak menentu.
Kemampuan mengelola stres dan mencapai
gaya hidup sehat semakin menurun
di setiap generasi. Jika fenomena ini berlanjut,
maka ke depannya, Gen Z akan menjadi generasi yang paling stres sepanjang sejarah. Kondisi ini juga berkaitan
dengan karakter Gen Z yang tidak memiliki
batasan dengan individu lain, sehingga memungkinkan mereka mudah labil karena menerima terpaan informasi dan kondisi
yang cepat berubah dan serba acak.
Dunia Pendidikan di Generasi Z
Gen Z lahir dengan
salah satu kelebihan mampu memahami
dirinya sendiri. Itu mengapa, karakter Hiperkustomisasi menjadi salah
satu ciri khas Gen Z. Dari sana, siswa menjadi terbiasa menentukan kebutuhan apa yang mereka butuhkan dan perlu dapatkan.
Aktivitas mereka berselancar di dunia maya, merupakan
bagian dari cara Gen Z memenuhi
kebutuhan akan dirinya.
Dalam konteks pendidikan, memberikan kebebasan siswa menentukan cara
belajarnya merupakan sebuah kebutuhan. Guru perlu untuk mampu melakukan
personalisasi cara-cara belajar bagi setiap siswa, dan memberikan
siswa lebih banyak kesempatan untuk mencari sumber belajar di luar aktivitas bersekolah. Karakter
hiperkustomisasi menyebabkan siswa juga menjadi terbiasa mengkritisi banyak hal di sekelilingnya, termasuk
memberikan masukan terhadap
media-media belajar yang selama ini digunakannya. Penting bagi ekosistem
pendidikan untuk memberikan ruang kepada para siswa. Kenyamanan
belajar adalah yang utama bagi Gen Z.
Karakter lain
dari Gen Z adalah Weconomist. Pada karakter ini, Gen
Z lebih menyenangi kegiatan yang sifatnya berkelompok dan selalu terhubung
dengan sejawatnya. Dalam pembelajaran,
karakter ini dapat difasilitasi dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu siswa dan
mengkondisikan siswa untuk saling berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran yang diberikan. Siswa
perlu lebih banyak didekatkan dengan
sesamanya, untuk dapat saling belajar dan memberikan masukan dengan komunitasnya (peer review), dengan tetap menempatkan guru sebagai fasilitator belajar.
Bagaimanapun, proses belajar harus bersifat mandiri, demokratis, dan membuka ranah yang luas bagi penciptaan dan penemuan hal-hal baru dalam pembelajaran. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang mampu membangun self regulation pada diri siswa. Siswa juga perlu lebih banyak dilatih untuk realistis tentang kehidupan dan masa depaannya nanti. Guru juga perlu menyampaikan secara terbuka peluang, tantangan dan juga hambatan yang mungkin nantinya akan membuat siswa memerlukan upaya lebih untuk mencapai cita-cita yang mereka impikan. Dengan berbagai upaya tersebut, pendidikan diharapkan mampu memberikan masukan tentang hal-hal rasional yang perlu Gen Z lakukan dalam kehidupan mereka, pada saat ini dan juga nanti.
Komentar
Posting Komentar