Langsung ke konten utama

[KAMUS 2021] Generasi Z dan Teknologi: 'Teknologi: Berujung Malas atau Produktivitas?'

  ― short story by Fathma Azzahrah (X-4)



              (Ceritanya mau sok puitis dulu… dalam mimpi)

Secercah cahaya mentari menyilaukan kedua mata

Memaksa tubuh ini melawan gaya gravitasi kasur yang jauh lebih kuat daripada biasanya

Duh, kenapa tubuhku bergoncang, ya?


“Hoi, pemalas banget sih kamu. Bangun!” suara yang sangat familier itu memasuki indra pendengaranku, merangsang otakku untuk mengenali dan (seharusnya) menanggapinya. Mengapa terdapat kata di dalam tanda kurung itu? Karena ya… realitanya tak begitu.


“Tuhan menciptakan hari Minggu buat pengabdian pada kasur, Kak… sudahlah,” aku membalikkan badan membelakangi kakakku, Mas Raihan.


Kudengar langkah kaki Mas Rai menjauhi tempat tidurku. Yes! seruku dalam hati. Tetapi, oh, tidak… firasat ini! Aku segera mengeratkan bantal pada telingaku untuk bersiap-siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.


“Kamu tuh, ya! Ampun, deh. Untung Mama sama Papa nggak di rumah,” ucapnya sambil membereskan buku-bukuku yang tercecer di lantai. “Cari kegiatan lah, Ran. Webinar, volunteering, kampanye, apalah. Capek aku lihat kamu rebahan terus.”


“Semesta, beri aku kekuatan untuk menuntaskan pengabdianku pada kasur hari ini dan mengabaikan ocehan kakakku. Aamiin,” ucapku dengan lantang dan keras, memaksa telinga Mas Rai untuk mendengarnya. Yah, meski begitu, tetap saja ending-nya sepuluh jari Mas Raihan menggelitik tubuhku. Ah, kamu nggak seru, Mas!


“Serius, Mbak Anin sama Mas Haikal mau ke sini?” tanyaku tak sabar pada Mama dan

Papa.


“Iya, Ran. Senang banget kamu kayaknya?” Mama mengernyit heran melihat aku melonjak kegirangan. Ini kabar yang sangat, sangat bagus! Terima kasih, Tuhan… akhirnya aku akan terbebas dari ciptaan-Mu yang terlalu sering menjahiliku!


Kutangkap lirikan sinis nan tajam dari orang yang duduk di sebelahku, lalu ia alihkan pandangannya dan bertanya, “Coba, menurutmu mereka naik apa ke sini?”


“Mobil lah, apalagi?” jawaban singkatku membuat Mas Rai dan Mama-Papa terlihat… kaget? Memangnya apa yang salah dengan jawabanku?


“Tuh, Ma, Pa. Anaknya jarang banget keluar, jadinya begini, to,” kakakku yang memiliki gelar terhormat “kakaktermenyebalkansedunia” itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa. Aku bingung, memangnya transportasi apa yang lebih efektif plus efisien daripada mobil?


“Naik kereta cepat to, Nak…” Papa ikutan menggelengkan kepalanya dan tertawa sambil mengambil nasi dengan centong andalan kami, “centongantirusakyangbuatnasijadienak!”. “Kereta cepat ‘kan, sudah ada dari beberapa bulan lalu. Waktu tempuhnya di bawah satu jam, lho.”


“Gen Z, oh, gen Z. Informasi di mana-mana, kok malas amat carinya,” Mas Raihan mulai meledekku. Ih, sinis banget sih orang ini!?


“Mesti dipaksa buat ikut jalan-jalan kamu ini,” Mama terkekeh. “Jakarta-Bandung 45 menit, Ran! Ya ampun… Mama-Papa mah, cuma bisa mimpi dulu. Akhirnya terealisasi juga tahun 2022.”


Ya ampun, Ma… mana pernah aku mimpiin ada kereta cepat Jakarta-Bandung? Ada kereta cepat dari kamarku ke kamar mandi aja udah bersyukur banget!


Pukul 11.50, kedua sepupuku itu datang, membawa beragam oleh-oleh dari Bandung. Ah, akhirnya. Bolen pisang kesukaanku, kue balok yang lumer, tahu susu lembang, kita bertemu lagi! Perutku sudah meronta-ronta membayangkan makanan-makanan itu, mendorongku melaksanakan aksi gencar untuk mengecap hak milik seluruh makanan sebelum ada makhluk lain (kalian tahu siapa) yang mengambilnya.


“Heh, jatah oleh-oleh bukan buat kamu doang, ya,” duh, manusia satu ini suka sekali mengganggu kesenanganku, sih! ‘Kan seharusnya, siapa cepat dia dapat.


“Astaga… kalian nggak berubah sama sekali,” Mas Haikal tertawa mendengar penuturan saudari kembarnya. Oh, Mbak Anin dan Mas Haikal memang kembar, saudara kembar sempurna yang selalu membuat iri pasangan kakak-beradik lainnya.


Sembari aku berdebat (baca: berebut oleh-oleh) dengan kakakku yang super ngeselin itu, Mbak Anin dan Mas Haikal mengobrol sejenak dengan orang tuaku. Entah apa yang mereka bicarakan, aku sama sekali nggak tertarik buat tahu.


Usai perbincangan mereka dengan Mama-Papa, kami berempat duduk melingkar di ruang keluarga. Inilah yang aku suka kalau kedua sepupuku ini mampir ke rumah. Deep talk dan sharing sudah jadi kebiasaan yang tak boleh terlewatkan.

“Mas, Mbak, cerita tentang progress komunitas sampeyan1, dong.”


“Yah…THE masih begitu aja, Han. Alhamdulillah anggotanya terus meningkat, latar belakangnya juga makin beragam. Bakal ada beberapa project besar bulan ini, jadi agak sibuk lah belakangan,” ujar Mas Haikal sambil memakan kacang mete yang digoreng Mama tadi pagi. THE, The Healthy Earth, komunitas berbasis lingkungan hidup yang Mas Haikal dirikan satu semester lalu.


“Agak sibuk apanya? Wong2 sibuk banget!” adik kembarnya menimpali, logat Jawanya kental sekali. Ekspresi merajuk yang ditunjukkan Mbak Anin membuat Mas Haikal melempar kacang ke arahnya, seolah berkata, “Kamu nggak kalah sibuk!”


“KAI nggak sibuk, kok,” sepupuku berusaha mengelak. “Paling lagi gencar buat poster- poster digital untuk kampanye daring aja. Content writer kutugaskan buat mencari kisah-kisah menarik anak Indonesia sama statistik tentang akses pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Public speaker lagi ada persiapan buat webinar pekan depan, sambil public relation mulai cari dana buat project tiga bulan lagi. Nggak sibuk, to?”


Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ukuran nggak sibuknya Mbak Anin dan Kesejahteraan Anak Indonesia tuh segitu? Aku mah udah tepar kalau jadi dia.


“Tuh, Ran. Kakak sepupumu produktif semua. Kamu aja yang kerjaannya rebahan terus tiap hari,” Mas Raihan menyikut pinggangku, menyindir.


“Kamu coba-coba aja ikut satu komunitas, Ran,” Mas Haikal menyarankan. “Aku lihat kamu suka gambar sama fotografi. Hasilnya lumayan bagus, lho. Bisa aja kamu daftar jadi graphic designer, illustrator, atau video editor.”


“Enak, lho, aktif di komunitas gitu. Menantang,” Mbak Anin melengkapi, kedua alisnya terlihat naik-turun. Duh… enak gimana sih, Mbak? Pasti sibuk ngerjain ini-itu, nggak punya waktu istirahat, belum tentu juga cocok sama orang-orang di komunitasnya!


“Rania pasti malas buat coba,” ucap Mas Rai sambil menuangkan kacang mete ke tangannya. “Atau kamu mikirin orang-orangnya, ‘kan? ‘Gimana cara bonding-nya, pernah kenal sama ketemu aja enggak’,” lanjutnya dengan intonasi yang dimirip-miripkan dengan nada bicaraku.


1 Anda dalam bahasa Jawa

2 Orang dalam bahasa Jawa


Mbak Anin tersenyum mendengar perkataan kakakku. “Itu salah satu hal yang bakal kamu pelajari di komunitas, Ran. Bersikap terbuka sama sok asik dulu aja. Maksudnya kamu bisa jadi orang pertama yang ajak ngobrol, tanya-tanya tentang latar belakang sama interest mereka.”


“Setuju. Kuncinya di bersikap ramah sih, tanya aja kabar anggota lain secara konsisten biar chemistry-nya bisa perlahan terbangun. Nantinya pasti ada rapat buat bahas project sama kegiatan ngobrol tentang hal-hal di luar komunitas. Nah, itu yang biasanya bikin hubungan dan komunikasinya bakal terjalin baik. Percaya deh,” Mas Haikal menjelaskan dengan intonasi yang terdengar sangat yakin.


“Benar tuh,” suara Mas Raihan terdengar lagi di telingaku. “Jujur, hasil gambarmu bagus- bagus, Ran. Nanti belajar aja sama aku buat pakai aplikasi gambar digital. Ada Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Ibis. Edit foto sama video tak3 ajarin juga deh, paling enak pakai Canva, Picsart, VivaVideo, sama iMovie. Lho, kok aku yang 27 lebih paham daripada kamu yang 17 sih?”


Aku memutar kedua bola mataku mendengar sindiran yang entah keberapa kalinya dilontarkan kakakku itu. “Sekali-kali puji aku tanpa sinis gitu bisa nggak sih, Mas?” saudara- saudaraku tertawa mendengar ucapanku yang menyiratkan rasa kesal.


“Menarik sih, sebenarnya… tapi sekolahku aja kadang keteteran, Mas, Mbak. Tugas sama ujiannya seabrek-abrek, mau ngerjain yang mana dulu aja bingung,” aku mengeluh. It’s true! Sumpah, kalau ulangan sama PR-nya nggak banyak, berarti ada yang aneh sama sekolahku. Kayak ada kemauan yang tersembunyi gitu…


“Udah pernah coba susun to-do-list belum?” Kak Anin menimpali. “Buat aku itu membantu banget. Biasanya kususun apa aja yang harus dikerjain sama deadline-nya. Jadi lebih terarah dan ada bayangan mana yang harus dikerjakan duluan.”


“Aku udah beberapa kali coba. Tapi, kalau ada banyak aktivitas yang kutulis, malah jadi down karena kupikir nggak bisa nyelesaiin semua itu dalam waktu dekat,” aku menghela napas panjang. “Belum lagi ada masalah lain yang bikin kepala makin mumet.”


“Sempatkan relaksasi, Ran,” Mas Haikal memberi usul lagi. “Bukan rebahan ya, maksudku,” ia tertawa, teringat ucapan Mas Rai beberapa menit lalu. Well, rebahan juga bisa sih, kalau kamu lagi benar-benar capek dan memang ada cukup waktu. Menurutku listen to a podcast or song also could help make your mood way better. Sekali-kali beli makanan yang kamu suka buat mood booster, atau nonton film juga oke.


3 Aku dalam bahasa Jawa


“Banyak kok film Netflix, Viu, sama Disney+ Hotstar yang bagus. Tapi filmnya mesti dipilih-pilih lho, ya,” Mbak Anin mengingatkan.


Anyway, kalau kamu merasa lagi ada banyak masalah dan berat buat dipikir… kamu tulis aja, Ran,” wah, mari kita dengarkan saran dari Mas Rai. “Kamu tulis masalahnya dan penyebab masalah itu ada. Dari situ, biasanya jadi lebih mudah buat menganalisis solusi yang bisa dilakukan dan mengantisipasi masalah itu terjadi lagi.”


“Kalau kamu terlalu malas buat nulis, pakai aplikasi aja. Aku seringnya pakai XMind, mudah banget buat merincikan sesuatu dan analisis berbagai hal di sana,” ujar Mas Haikal.


“Simple Mind juga oke,” Mbak Anin menanggapi. “Tapi kalau kamu merasa malas juga buat pakai aplikasi yang kompleks, buka aja Paint atau Google Jamboard. Puas di situ kamu corat- coret tentang masalahmu.”


“Intinyaa, adikku yang pemalas…” Mas Raihan bersuara lagi, membuatku memelototkan mata mendengar julukan yang ia sematkan padaku. “Kalau kamu malas ngapa-ngapain, udah banyak aplikasi yang memudahkan buat ngerjain segala sesuatunya. Tapi, harus dipilah-pilih juga aplikasi atau situs yang mau dipakai karena zaman sekarang banyak banget website dan app yang berbahaya buat device dan privasi kita. Paham yaaa?”


“Intonasimu lho, Kak…” aku berdecak. “Kayak lagi ngajarin anak lima tahun,” aku melirik tajam orang (baca: makhluktermenjengkelkansejagatraya) yang duduk di sebelahku.


Mas Haikal yang barusan tertawa kencang berkata, “Tapi, betul tuh yang Raihan bilang. Sekarang juga ada banyak banget kesempatan yang terbuka buat kita. Kesempatan ikut lomba, mengembangkan diri dan minat-bakat, online traveling, dunia maya nggak ada batasnya. Jadi dimanfaatkan dengan baik yaa, Rania,” ia meniru nada bicara kakakku di akhir. Astaga, kenapa aku di-bully banget sih di sini?!


“Oh iya. Jangan lupa kalau kita juga bisa dapat teman dan jaringan yang luas banget dari dunia maya. Tapi, sekali lagi, kita perlu ekstra hati-hati. Sekarang ini makin banyak hacker, orang- orang yang nggak menghargai privasi, menyamar, dan seenaknya mengambil keuntungan dari kita. So, the conclusion: technology is very helpful and useful, but it can also be a deadly boomerang.”

Indeed,” Mas Raihan dan Mas Haikal menganggukkan kepala mereka bersamaan.

“Baiklah, sekian untuk diskusi dan sharing hari ini. Mari kita tutup dengan bolen pisang, kue balok, tahu susu, dan baso aci!” tiba-tiba, telingaku mendengar suara tak asing dari arah dapur. Oh, Mama mengakhiri obrolan kami dengan trik yang cerdas sekali. Bolen pisang, aku datang!

Komentar

  1. waa... rasanya seperti tertampar abis baca ini, langsung tercerahkan deh aku💛

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turning Stress into Your “Secret” Superpower

Artikel oleh Anindya Farahaniya XI-2 (CIRRUS 47) Hai, Sivitas Smansa! Kembali lagi di edisi Blog CIRRUS! Kali ini pembahasannya mungkin cukup familiar dengan apa yang kita alami sekarang, apalagi di masa-masa SMA nih! Pasti seiring berjalannya waktu, beban kita menjadi lebih berat dibandingkan yang sebelumnya kan? Banyak sekali cobaan-cobaan yang dihadapi, ada aja gitu masalahnya. Mulai dari masalah akademis, keluarga, pertemanan bahkan percintaan, rasanya jadi campur aduk dan numpuk aja semuanya menjadi beban pikiran dan mungkin malah berujung stress. Katanya sih masa-masa SMA adalah masa di mana hidup kita jadi super duper roller coaster, banyak plotwist nya! Memang sih hidup harus dinikmati, entah apapun masalahnya kita harus coba untuk hadapi. Tetapi pernah ngalamin gak sih kalau kita itu udah mentok dan buntu banget dengan suatu masalah? Dan jadinya malah bikin stress dan kesehatan mental kita yang terganggu? Nah pas banget blog ini ada untuk memberikan insight tentang hal yang se...

Sparkle Your Way to Success!

 Artikel oleh Queena Dayana X-1 (CIRRUS 48)               Halo, sivitas SMANSA! Kembali lagi bersama blog CIRRUS karya remaja-remaja unik SMANSA! Bagaimana kabarnya, nih, teman-teman semua? Aku yakin teman-teman pasti lagi ngerasa lelah, capek, letih, dan lesu karena SMANSA lagi hectic banget akhir-akhir ini. Meskipun begitu, aku harap teman-teman selalu dalam keadaan sehat, happy, dan luar biasa! Nah, pembahasan blog CIRRUS kali ini, berkaitan dengan ke-hectic-an SMANSA, loh! Waduh, gimana tuh, maksudnya? Teman-teman ada yang bisa tebak nggak, tema blog kali ini tentang apa? Tentunya, pembahasannya nggak jauh-jauh dari problematika yang dihadapi oleh remaja di masa-masa SMA seperti sekarang! Nah, aku yakin, teman-teman sivitas SMANSA pasti punya mimpi yang besar dan keren, dong! Di dalam dunia yang sekarang semuanya serba cepat dan penuh rintangan ini, kita semua punya mimpi besar, termasuk aku! Tapi, teman-teman pernah bertanya-tanya...

The Art of Social Media: A Teen’s Guide

Artikel oleh Raisha Aulia (CIRRUS 47) Hellour, Sivitas SMANSA!  Balik lagi sama CIRRUS Blog edisi bulan Januari!  Kali ini temanya adalah  “The Art of Social Media: A Teen’s Guide” Sekarang kan udah di tahun 2025, remaja mana sih yang nggak kenal sama media sosial? Dari posting foto sampai ikut trend viral seperti bikin jedag-jedug, trend TikTok, spill outfit , dan yang lainnya. Media sosial udah jadi makanan sehari-hari, terutama buat kita, para remaja. Tapi, meskipun seru dan bisa jadi tempat buat mengekspresikan diri, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan biar tetap aman dan nggak salah langkah. Kuy, simak beberapa tips dari aku biar kamu bisa main media sosial dengan lebih bijak dan tetap enjoy ! 1. Kenali Platform Media Sosial yang Kamu Pake Setiap platform punya vibe-nya masing-masing loh, jadi penting banget buat tau apa yang cocok buat kamu. Aku sebutin nih beberapa platform yang lagi hits: - Instagram: Tempatnya foto kece dan vid...