Merdeka Belajar, Merdeka Kembali ke Sekolah
Oleh: Tifa Huwaidah Zulfa
Bangku sekolah yang kini mulai berdebu, halaman sekolah yang tak lagi diramaikan dengan gelak tawa siswa menjadi salah satu bukti pandemi Covid-19 ini belum berakhir. Ya, sejak setahun yang lalu, pemerintah memang membatasi ruang gerak demi menekan penyebaran Covid-19. Tidak heran jika sampai saat ini, hampir semua kegiatan dilakukan di dalam rumah dan mengandalkan gadget yang ada.
a. Pengalaman Pembelajaran Sekolah Selama Masa PTM Terbatas
Jika dahulu anak usia sekolah dilarang untuk menggunakan gadget terlalu sering, berbeda dengan kondisi saat ini. Bahkan, saat ini anak-anak usia sekolah menghabiskan sebagian besar waktunya menatap layar gadget dengan seksama. Keadaan ini merupakan akibat dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai dan membuat pemerintah untuk menerapkan pembelajaran secara daring.
Sejak pagi buta, anak dan para orang tua sudah disibukkan untuk menyiapkan gadget dan koneksi internet agar anak dapat mengikuti pembelajaran. Bahkan, kini anak sekolah tidak diwajibkan menggunakan baju seragam. Tidak sedikit anak-anak di rumah yang menggunakan baju seadanya saat mengikuti proses pembelajaran secara daring.
Jika dulunya siswa-siswa masih bisa bersenda-gurau dengan teman sebangku, tidak dengan sekarang. Siswa yang mengikuti pembelajaran di rumah hanya bisa berkomunikasi via chat atau video call dengan teman maupun gurunya. Tentu tidak semua siswa dapat melakukannya karena keterbatasan gadget dan koneksi internet. Proses pembelajaran secara daring ini menimbulkan banyak pro dan kontra.
Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah pendidikan karakter yang diperoleh siswa. Dilansir dari laman milik Uninsula, proses pemebelajaran secara daring yang lebih didominasi oleh proses transfer pengetahuan tidak menjamin bahwa siswa mendapatkan pendidikan karakter dari pendampingnya. Dalam hal ini adalah orang tua karena proses pembelajaran yang dilakukan di rumah. Jikalau orang tua memang memberikan pendidikan karakter kepada anak atau siswa tersebut, dikhawatirkan pula jika pendidikan karakter yang diberikan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diberikan oleh institusi pendidikan saat ini.
Tidak hanya itu saja, banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa beban tugas yang diberikan kepada para siswa tidak sesuai dengan jenjang yang tengah ditempuh. Bahkan, tidak jarang tugas tersebut justru dikerjakan oleh para orang tua karena anak atau siswa belum memahami atau bahkan tidak sanggup dalam mengerjakannya. Tidak heran jika hal ini juga menjadikan anak atau siswa menjadi malas dan bergantung kepada orang tua ataupun orang lain dalam menyelesaikan tugasnya.
b. Bagaimana Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Sekolah
Kendati saat ini pembelajaran dilakukan di rumah tetapi tidak menutup kemungkinan jika kelak pemerintah akan mengizinkan proses pembelajaran kembali dilakukan secara tatap muka langsung. Kendati demikian, untuk menjamin keamanan dan mencegah terciptanya klaster baru, maka diperlukan penerapan yang ketat terhadap protokol kesehatan di sekolah.
Protokol kesehatan ini berlaku sejak sebelum berangkat ke sekolah hingga pulang dari sekolah. Guru dan siswa diharuskan mengonsumsi makanan bergizi dan menjaga kesehatannya sebelum berangkat ke sekolah. Selain itu, baik guru dan siswa juga diwajibkan memakai masker kain tiga lapis, mengenakan face shield, membawa masker cadangan, membawa hand sanitizer, membawa perlengkapan pribadi sendiri dan tetap menjaga jarak saat duduk, berdiri maupun saat sedang beraktivitas dengan jarak sebesar 1,5 meter. Mungkin terdengar sedikit merepotkan ya? Namun, hal ini dilakukan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan guru dan siswa.
Saat sekolah dibuka saat PTM terbatas diharapkan siswa membawa bekal masing-masing dikarenakan kantin ditutup sementara, serta selalu mencuci tangan setiap satu jam. Siapa yang menyangka jika protokol kesehatan ini sempat diterapkan beberapa bulan lalu. Sayangnya, hal tersebut justru menciptakan klaster baru, seperti kasus yang terjadi di SMAN 2 Kota Padang beberapa waktu lalu.
c. Praktik-Praktik Baik Pembelajaran Hybrid atau Blended Learning
Semenjak diberlakukannya sekolah secara daring, lembaga pendidikan pun mencari cara agar siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bisa memahami materi yang diajarkan. Tidak heran jika dalam pelaksanaannya, para guru menerapkan sistem hybrid atau blended learning yang mengombinasikan proses pembelajaran konvensional dan penggunaan teknologi.
Biasanya, pihak sekolah akan membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok dan menetapkan jadwal untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. Sayangnya, sejak diberlakukannya PTM terbatas, hanya beberapa sekolah saja yang diperbolehkan menerapkan sistem pembelajaran ini. Terutama pada sekolah yang memang tidak memiliki akses koneksi internet, memiliki keterbatasan terkait dengan komputer atau gadget penunjang, dan berada di area pedesaan.
Hal yang dapat membantu siswa pada pembelajaran hybrid atau blended learning, yaitu menjadikan siswa untuk belajar interaktif serta berpikir kritis, dan dapat menciptakan harapan kepada mereka untuk membuat suatu kontribusi yang besar di dalam lingkungannya.
d. Peran Penting Guru, Satgas Kesehatan, Orangtua, dan Komite Sekolah
Terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara daring, tentu saja hal ini banyak memberikan pro dan kontra dari banyak pihak. Namun, proses pembelajaran secara daring merupakan jalan terbaik yang bisa dilakukan oleh pemerintah saat ini untuk menekan penyebaran Covid-19 sekaligus memberikan pendidikan yang layak kepada generasi penerus bangsa.
Kendati saat ini pembelajaran hanya dilakukan di rumah, diperlukan adanya kerjasama antara guru dan orangtua dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang terbaik sehingga mampu membantu siswa memahami materi pelajaran. Tidak hanya guru yang dituntut untuk memberikan materi yang menarik tetapi juga diperlukan dukungan orang tua kepada siswa agar bisa mengikuti sistem pembelajaran di rumah dengan baik.
Ya, semoga saja pandemi ini segera mereda agar kita bisa beraktivitas kembali bersama guru dan teman-teman di sekolah. Serta diharapkannya untuk merealisasikan sekolah tatap muka, perlu dilakukan vaksinasi secara merata untuk seluruh civitas di sekolah, agar terhindar dari penyebaran virus Covid-19.
Namun, tentu saja untuk mewujudkannya, tetap lakukan aktivitas sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, ya! Tetap gunakan masker, hindari kerumunan dan hindari aktivitas di luar rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Langkah ini bisa memerdekakan kita dari pandemi Covid-19 ini, lho!
Referensi:
Nurhanisah, Y. (2021). Terapkan Protokol Kesehatan, Ciptakan Sekolah Aman. https://indonesiabaik.id/infografis/terapkan-protokol-kesehatan-ciptakan-sekolah-aman diakses pada 23 Agustus 2021.
Sari, H. P. (2021). KPAI: Klaster Covid-19 Sekolah Muncul Setelah Gelar Pembelajaran Tatap Muka. https://nasional.kompas.com/read/2021/04/26/19591641/kpai-klaster-covid-19-sekolah-muncul-setelah-gelar-pembelajaran-tatap-muka?page=all diakses pada 23 Agustus 2021.
UNISSULA. (2020, August 4th). Dampak Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Bagi Pendidikan Karakter. http://unissula.ac.id/c24-berita-unissula/dampak-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-bagi-pendidikan-karakter/ diakses pada 23 Agustus 2021.
Komentar
Posting Komentar